Sabtu, 12 Mei 2012

Pendidikan dan Pemberdayaan Perempuan “Cara Untuk Mencapai Tujuan MDG’s di Indonesia”


 Abstrak
Pada tahun 2015, Indonesia harus menyuguhkan laporan hasil pencapaian MDG’s pada dunia.  Jika dilihat dari pencapaian MDG’s pada tahun 2010, terjadi peningkatan pendidikan, pekerjaan, dan kedudukan di parlemen perempuan di Indonesia.  Penelitian ini bermaksud untuk menguak apakah laporan yang disuguhkan tersebut sama dengan kenyataan yang ada di lapangan.  Metode penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah metode kepustakaan dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan tulisan ini.  Laporan yang diperoleh memang menunjukkan peningkatan jumlah perempuan yang menempuh pendidikan dasar hingga tinggi, pekerjaan, dan kedudukan di parlemen, namun laporan tersebut berbeda jika dibandingkan dengan fakta yang ada di masyarakat, masih banyak ketimpangan-ketimpangan yang terjadi terutama antara perempuan desa dan kota.  Untuk itu, laporan MDG’s yang diberikan seakan tidak bisa mendeskripsikan keadaan yang sesungguhnya di masyarakat.  Padahal, pendidikan tinggi dan pemberdayaan perempuan merupakan solusi solutif untuk meningkatkan pencapaian MDG’s seperti menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian anak, dan memberantas kemiskinan karena pendidikan berbanding lurus dengan pengetahuan.

Latar Belakang
Terdapat  suatu “pekerjaan rumah” yang cukup berat bagi negara Indonesia pada tahun 2015 mendatang mengenai laporan hasil pencapaian 8 kategori Millenium Development Goals (MDG’s) Negara Indonesia kepada dunia. Jika dilihat hasil pencapaian MDG’s pertama berdasarkan tahun 2010 yaitu pemberantasan kemiskinan, terdapat  5,9%  penduduk yang memiliki pendapatan perkapita dibawah 1 dollar atau sama dengan sekitar 15 juta penduduk dan masih berada dibawah garis kemiskinan. Jika ditinjau dari indikator lain, seperti kematian ibu, pencapaian Indonesia pada tahun 2010 terdapat 226 orang kematian Ibu dimana target 2015 adalah 102 orang pertahun. Untuk indikator penting lainnya yaitu kematian bayi, pencapaian Indonesia tahun 2007 adalah 34 per 1000 kelahiran sedangkan target yang dicanangkan tahun 2015 adalah 23 per 1000 kelahiran. Indonesia masih perlu berjuang keras untuk mencapai indikator-indikator cermin kesejahteraan suatu negara ini disamping harus terus mempertahankan dan mencapai indikator lainnya.
Pada hakikatnya Indikator MDG’s 1 (Pemberantasan kemiskinan), MDG’s 4 (Menurunkan Kematian Anak), dan MDG’s 5 (Menurunkan angka kematian Ibu) dapat dikendalikan persentasenya jika pendidikan perempuan di Indonesia sudah terpenuhi dengan baik. Berdasarkan data laporan pencapaian MDG’s 2010, rasio perempuan terhadap laki-laki di tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA semua sudah mencapai > 90%. Selain itu, fakta di lapangan ternyata tak “seindah” hasil data laporan. Jutaan perempuan masih mempunyai pendidikan minim bahkan pendidikan bagi mereka dikesampingkan khususnya daerah pedesaan atau daerah yang menganut budaya patrialis. Oleh karena itulah penulis ingin menguak hasil pencapaian MDG’s tentang pendidikan perempuan dan perbandingannya dengan fakta yang terjadi di Indonesia serta solusi melalui tulisan ini.
Metodologi Penelitian
Jenis metodologi penelitian yang digunakan adalah metode kepustakaan, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai teori dari berbagai literatur yang berhubungan dengan judul penelitian ini secara kualitatif maupun kuantitatif. Kualitatif untuk menganalisis bagaimana kualitas hidup perempuan Indonesia saat ini dengan fakta yang ada. Kuantitatif untuk menganalisis presentase pendidikan perempuan di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi, kedudukan perempuan di pemerintahan, dan presentase perempuan yang bekerja dibidang nonpertanian yang bersumber dari laporan MDG’s tahun 2010. Peneliti juga melakukan browsing internet untuk mendukung teori dan data yang peneliti gunakan.

Hasil dan Pembahasan
 
Sumber : Laporan MDG’s 2010
Berdasarkan laporan tahun 2010 MDG’s 3 yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, yang menjadi poin penting pembahasan adalah rasio perempuan terhadap laki-laki di berbagai tingkat pendidikan. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan bagi kaum perempuan Indonesia sudah baik atau sudah diatas 90%. Namun, Jika dikaitkan dan ditinjau dengan fakta yang ada masih terdapat ketimpangan pendidikan. Ketidakmerataan antara pendidikan perempuan pedesaan dan perkotaan, budaya patrialis yang mengutamakan pendidikan kaum laki-laki, dan kemiskinan yang menghalangi pendidikan yang baik dan berkualitas bagi perempuan merupakan fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia sekarang.

Hal ini mengindikasikan hasil pelaporan MDG’s belum merepresentasikan keadaan masyarakat Indonesia. Artinya terdapat suatu kesalahan sistem pelaporan atau perubahan definisi operasional dari indikator tersebut. Hal ini berdampak cukup fatal, karena jika hanya melihat hasil pelaporan, keputusan dan kebijakan yang dibuat tidak akan menjawab masalah yang ada di masyarakat. Padahal jika ditelaah lebih jauh, pengoptimalan pendidikan bagi kaum perempuan ini dapat membantu tercapainya indikator MDG’s lainnya.

Pendidikan tinggi dan pemberdayaan perempuan merupakan solusi solutif untuk meningkatkan pencapaian MDG’s seperti menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian anak, dan memberantas kemiskinan karena pendidikan berbanding lurus dengan pengetahuan. Sehingga perempuan-perempuan Indonesia dapat menghasilkan keturunan yang berkualitas terkait pengasuhan yang telah mengacu pada standarisasi pengasuhan, selain itu perempuan dapat mengetahui dengan baik dampak pertumbuhan penduduk yang cukup pesat sehingga mulai untuk mengatur kelahiran dan mengetahui dengan baik tentang pengaturan pola makan, gizi, imunisasi, serta mengetahui apa yang harus dilakukan jika hamil, melahirkan dan lainnya. Menurut Dr. Lukman Laksmono dari Direktorat Bina Kesehatan Ibu Depkes RI, pihaknya telah mengetahui hal ini sejak lama. “Rata-rata, 10 % ibu di Indonesia tidak pernah memeriksakan kandungannya ke petugas kesehatan. Pun, 30 % ibu di Indonesia tidak melahirkan di dokter atau bidan. Mereka lebih memilih untuk melahirkan di dukun,” kata Lukman (Kompas). Hal ini membuktikan bahwa pengetahuan Ibu di Indonesia masih rendah.
Dengan pemberdayaan, perempuan akan mempunyai power untuk membuat keputusan terkait kesehatannya termasuk kesehatan reproduksi. Contohnya saja banyak perempuan yang pendidikannya kurang dan tinggal di pedesaan, saat akan melahirkan harus menunggu semua keluarga besar terkumpul untuk mengambil keputusan. Oleh karena itulah 3 T (3 Terlambat) terjadi, yaitu terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan akan terjadi yang kemugkinan besar akan berdampak kehilangan nyawa pada Ibu dan bayi yang dikandungnya. Jika perempuan sudah memiliki power maka diharapkan kasus-kasus tersebut akan segera tereliminasi.

Oleh karena itu, prioritas pembangunan sumber daya manusia di Indonesia sebaiknya diprioritaskan pada kaum perempuan khususnya perempuan di pedesaan dan ekonomi rendah. Pendidikan dalam konteks ini tidak harus dalam bentuk pendidikan formal tetapi lebih pada usaha memberdayakan, meningkatkan pengetahuan, dan menumbuhkan skill pada perempuan-perempuan di Indonesia.    

Kesimpulan
Laporan MDG’s Indonesia menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan mengenai kesetaraan gender terutama bagi perempuan.  Laporan yang ada menunjukkan bahwa ada peningkatan jumlah perempuan yang mengenyam pendidikan dasar hingga tinggi, pekerjaan dibidang nonpertanian, dan kedudukannya di parlemen.  Namun, jika dilihat secara nyata di masyarakat masih banyak ketimpangan-ketimpangan yang terjadi antara perempuan di pedesaan dan perkotaan mengenai pendidikan dan pekerjaan.  Artinya, laporan MDG’s yang diperoleh belum bisa mendeskripsikan apa yang sebenarnya terjadi dimasyarakat.
Pendidikan tinggi dan pemberdayaan perempuan merupakan solusi solutif untuk meningkatkan pencapaian MDG’s seperti menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian anak, dan memberantas kemiskinan karena pendidikan berbanding lurus dengan pengetahuan.








Sumber :
Laporan MDG’s 2010
“Jumlah Penduduk Indonesia 259 Juta” dalam
(diakses 9 April 2012, 22:10)
(diakses 11 April 2012, 20:13)

“Tahun 2010, Angka Kematian Ibu 226 Orang” dalam

1 komentar: