Jurnal dan Artikel


Kasus Diare pada Balita di Indonesia
oleh Divisi Research and Science Analitico UI 


PENDAHULUAN
Salah satu tujuan MDG’s (Millenium Development Goals) adalah penurunan angka kematian anak menjadi 2/3 bagian menjadi sebanyak 32 per kelahiran hidup dari sebelumnya pada tahun 1990 sebanyak 97 per kelahiran hidup.  Hal ini tidak mudah dilakukan mengingat masih tingginya angka kematian balita.  Penyebab utama kematian balita di Indonesia adalah diare.  Diare memang masih menjadi primadona masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2000 Incident Rate (IR) diare adalah 301/1000 dan data terakhir yaitu pada tahun 2010 menunjukkan IR diare 411/1000.1 Terjadi peningkatan sekitar 36,5% dalam sepuluh tahun ini. Ini bukanlah suatu prestasi, melainkan suatu ancaman bagi kesehatan bangsa ini.  Penurunan angka KLB (Kejadian Luar Biasa) Diare juga kurang signifikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginformasikan kepada pembaca mengenai persentase penderita diare dan faktor-faktor yang memicu terjadinya diare.

METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian berupa penelitian cross sectional yang bersifat deskriptif dimana peneliti  mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik  dengan penekanan analisis pada data hasil survey seperti SDKI dan Riskesdas. Selain itu peneliti melakukan penelitian kepustakaan, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan berbagai teori dari berbagai literatur yang ada hubungannya dengan judul penelitian ini secara kualitatif maupun kuantitatif. kualitatif untuk menganalisis kualitas lingkungan, kondisi ibu, balita, dan lain - lain. kuantitatif untuk menganalisis presentase kejadian penyakit diare, tingkat kematian akibat diare, dan lain - lain. Sedangkan kuantitaif dengan melihat data yang berasal dari data sekuder yang berasal dari kegiatan survey yang dilakukan SDKI dan Riskesdas. Peneliti juga melakukan browsing internet untuk mendukung teori dan data yang peneliti gunakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penyakit diare termasuk dalam 10 penyakit yang sering menimbulkan kejadian luar biasa. Berdasarkan laporan Surveilans Terpadu Penyakit bersumber data KLB (STP KLB) tahun 2010, diare menempati urutan ke 6 frekuensi KLB terbanyak setelah DBD, Chikungunya, Keracunan makanan, Difteri dan Campak. Keadaan ini tidak berbeda jauh dengan tahun 2009, menurut data STP KLB 2009, KLB diare penyakit ke 7 terbanyak yang menimbulkan KLB.
Penyakit diare pada dasarnya menyerang siapa saja tanpa memandang umur si penderita namun ada beberapa kelompok umur yang rentan akan penyakit ini. Dibawah ini adalah tabel yang berisi kasus penyakit diare berdasarkan kelompok umur.
Tabel 1
Kasus diare berdasarkan kelompok umur

Pada tabel di atas, diare paling banyak diderita oleh kelompok umur 1-4 tahun disusul dengan kelompok umur dibawah 1 tahun.  Hal ini menunjukkan bahwa penderita diare paling banyak terdapat pada kelompok umur di bawah 5 tahun.

Tabel 2
Persentase kasus diare berdasarkan kelompok umur balita

            Telah diketahui sebelumnya kelompok umur yang paling banyak terserang diare, pada tabel diatas didapatkan persentase kasus diare terbesar terjadi pada kelompok umur 12 – 23 bulan.hasil tersebut didapatkan dengan cara melakukan survei pada balita kemudian dihitung berapa jumlah balita yang menderita diare dua minggu sebelum diadakan survei dalam hal ini SDKI tahun 2007.

Berdasarkan penelitan yang ada, setidaknya ada empat faktor resiko diare, yaitu faktor lingkungan, faktor balita, faktor ibu, dan faktor sosio demografi. Tetapi dalam artikel ini lebih menekankan pada faktor lingkungan terutama sumber air bersih, karena air ini merupakan hal yang paling vital bagi kehidupan dan menjadi faktor utama penyakit diare. Berikut ini tabel yang mendeskripsikan kasus diare berdasarkan sumber air bersih.
Tabel 3
Kasus diare berdasarkan sumber air bersih

Berdasarkan sumber air bersih, penderita diare terbanyak adalah yang menggunakan air permukaan (17,1%) dan sumur tidak terlindung (16,1%).  Hal ini terkait dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik sehingga menyebabkan mikroorganisme terutama mikroorganisme penyebab diare  menyebar secara luas di sumber air yang digunakan.

                Selain air, dalam artikel ini tempat pembuangan kotoran manusia (kakus) juga menjadi fokus utama karena bakteri diare biasa ditemukan di kotoran manusia. Berikut tabel yang menggambarkan kasus diare berdasarkan fasilitas kakus.
Tabel 4
Persentase balita yang terkena diare berdasarkan fasilitas kakus

            Berdasarkan fasilitas kakus, penderita diare terbanyak adalah yang fasilitas kakusnya di sungai/kolam/danau yakni sebanyak 18,4% yang berarti sanitasi lingkungannya kurang baik dengan mikroorganisme penyebab diare dapat menyebar luas.  Kasus ini jelas berbanding terbalik dengan penderita yang menggunakan tangki septik pada fasilitas kakusnya yang kasusnya hanya sebesar 11,1%.
Penanganan penyakit diare menjadi penting diperhatikan melihat masih tingginya kasus diare. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menanganinya seperti pemberian oralit, memperbanyak minum, membawa ke fasilitas kesehatan dan lain-lain. Di tabel berikut ini dijelaskan aktivitas yang dilakukan ketika terserang penyakit diare pada anaknya.

Tabel 5
Gambaran Tata Laksana Diare Balita di Rumah Tangga Tahun 2000-2010
                 Tabel di atas menerangkan tentang perawatan yang harus diberikan pada penderita diare (dalam kasus ini balita).  Ada beberapa hal yang sudah dapat dikategorikan membaik seperti penderita dibawa ke petugas kesehatan, penderita diberi CRT, dan memberi cairan tambahan pada balita. Namun ada juga hal yang dinilai masih rendah yakni pemberian oralit pada penderita diare.  Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat masih perlu intervensi secara terus menerus agar kesadaran mereka terhadap penanggulangan diare semakin tinggi.




KESIMPULAN
Diare  merupakan salah satu faktor penyebab kematian anak.  Kasus diare sebagian besar terjadi pada anak berumur 1- 4 tahun, dengan persentase kasus terbesar pada anak usia 12-23 bulan. Faktor resiko yang memberikan kontribusi besar pada kasus diare ini bersumber dari air, seperti penggunaan air untuk minum, mandi, mencuci dan fasilitas kakus. Sebagian besar kasus diare pada balita terjadi pada rumah tangga pengguna air permukaan dan fasilitas kakus yang berupa sungai/kolam/danau. Intervensi yang dilakukan untuk menurunkan tingkat kesakitan dan kematian karena diare harus merujuk pada pengendalian fakor resiko dan meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai tatalaksana penderita. Agar penurunan kematian anak sebagaimana tujuan MDG’s bisa tercapai.

SUMBER:
  1. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia
  2. Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia: Systematic Review
  3. SDKI tahun 2007
  4. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007